Jumat, 05 Juni 2009

tempat wisata purworejo

Di purworejo tidak begitu banyak tempat wisata yang terkenal, namun setidaknya ada yang perlu dikunjungi apabila anda berkesempatan mampir di kota kecil ini. terletak di tengah pemerintahan kabupaten purworejo ada sebuah masjid yang didalamnya terdapat bedug bersejarah "bedug nyai bagelen" atau bedug purworejo yang konon dibuat dari sebatang pohon utuh dan merupakan bedug terbesar di indonesia, mungkin di dunia. kata orang tua saya bedug ini di tabuh hanya pada malam jumat kliwon. benar atau tidak saya belum pernah membuktikan.
goa seplawan adalah tempat kedua yang juga tidak kalah menariknya. sayang sekali sarana jalan menuju ke tempat wisata satu ini belum ok, jadi wisatawan masih enggan datang ke lokwis ini walaupun sebenarnya pemandangan di sini amatlah bagus ditambah suasana sejuk dan pepohonan yang hijau bisa untuk melepas penat. tapi kondisi jalan seperti ini mungkin bisa menjadi tantangan untuk mengunjungi tempat ini, apalagi bagi anda yang suka berpetualang dan hikking. lokwis ini terletak di kecamatan kaligesing, ujung timur kabupaten purworejo berbatasan dengan kabupaten kulonprogo.
obwis laut juga terdapat di sepanjang pantai selatan kabupaten purworejo, diantaranya pantai ketawang di kecamatan grabag dan pantai jatimalang. ada beberapa tempat di pantai selatan belum begitu di kenal. pantai ketawang -saat ini nyaris rusak parah akibat penambangan pasir besi- dulunya merupakan obwis bahari yang sangat bagus. kira-kira sebelum tahun 90-an yang lalu pantai ini jadi obwis utama masyarakat purworejo terutama wilayah sebelah barat seperti kutoarjo, bayan, kemiri dll. saat hari raya idul fitri pantai satu ini dipenhi pengunung.
jatimalang , masih cukup banyak dikunjungi wisatawan domestik, di sini terdapat tempat pelangan ikan. anda bisa membeli dalam keadaan segar, atau bisa langsung minta diolah di warung-warung yang berjualan di lokasi pantai ini . langsung saja dimakan di tepi pantai sambail menikmati ombak dan angin pantai. bisa juga dipakai untuk acara-acara pertemuan yang santai , perpisahan dengan teman2 sekolah, atau acara lain yang sifatnya cenderung non formal.
curug muncar, air terjun, terletak di kecamatan bruno. sebetulnya tempat ini sangat indah dan potensial untuk jadi obwis. sayang sekali hanya dikenal oleh warga sekitarnya saja. anda masih harus jalan kaki menyusuri jalan di pegunungan selama 2 jam untuk sampai tempat ini setelah sebelumya harus naik kendaraan sepada motor kurang lebih 5 km dari jalan beraspal. cukup susah memang menjangkaunya. pada musim hujan air terjun ini bisa dilihat dari jarak jauh di pinggir jalan raya kutoarjo-wonosobo di wilayah bruno.
beberapa tempt wisata lain seperti pesarean nyai bagelen dikunjungi beberapa orang pada hari-hari tertentu.
satu yang cukup menarik di purworejo adalah pada musim duren kota ini merupakan penghasil duren yang cukup digemari para traveler yang melintas di jalan purworejo- purwokerto tepatnya di batoh kecamatan bayan. biasanya pada bulan2 desember -januari. sambil beristirahat makan duren sangatlah nikmat.
duren juga bisa dijumpai di sepanjang jalan bagelen walaupun jumlahnya tidak sebanyak di batoh.

Rabu, 03 Juni 2009

my Village

Desa Pekutan, sebuah desa kecil terletak di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Desa tersebut masuk wilayah Kecamatan Bayan dan berbatasan dengan desa Besole dan desa Bandungrejo di sebelah selatan, desa Pucangagung di sebelah utara, desa Jrakah dan Bringin di sebelah timur dan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Kutoarjo di sebelah barat. Dilewati oleh sebuah sungai bernama Kali Jali yang bersumber mata air dari lereng gunung( sumbing?) di wilayah Kabupaten Wonosobo, melewati kecamatan Bruno, kecamatan Kemiri. Di sebelah distal, Kali Jali membatasi wilayah Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kutoarjo dan mengalir terus melewati Kecamatan Grabag sampai akhirnya bermuara di pesisir pantai selatan-pasir puncu.
Penduduk desa Pekutan kira-kra 2000 jiwa, dengan mata pencaharian sebagian besar mengolah ladang, sebagian kecil mengolah sawah dan sisanya sebagai pegawai negeri, buruh dan serabutan.
Satu hal yang cukup terkenal dari desa ini adalah pada beberapa tahun yang lalu sebagai penghasil buah jeruk yang cukup terkenal walaupun tidak berlangsung lama. Yang saya ingat yaitu pada tahun 80-an, desa ini bisa panen raya buah jeruk sampai-sampai Pak Lurah waktu itu membeli genset sebagai sumber pembangkit listrik untuk menerangi jalan-jalan desa dengan lampu neon- suatu hal yang sangat langka waktu itu- karena suksesnya panen jeruk, walaupun tidak bisa bertahan lama karena di tahun-tahun berikutnya tanaman jeruk warga Pekutan hancur akibat diserang hama jamur teras yang mungkin bahasa ilmiahnya virus citrun?.
Sedikit cerita masalah pertanian di desa Pekutan: Setelah hasil buah jeruk tidak menjanjikan, warga desa ini kembali menanam palawija seperti ketela, jagung, kacang tanah dan sayur-sayuran yang tentu saja nilai ekonominya jauh lebih rendah dari hasil tanaman jeruk. Akibatnya status ekonomi warga desa menurun drastis.
Namun tanaman palawija juga sempat membuat desa Pekutan terkenal sebagai penghasil ketela- yang tentu saja sebagian warga enggan mengingat-ingatnya karena terkenal karena ketela tidak bisa dibanggakan- hingga beberapa tahun.
Atas inisiatif beberapa petani, mereka mulai mencoba beralih ke menyemai bibit pohon jeruk, setelah jeruknya tidak bisa tumbuh karena terserang hama seperti di atas. "Walaupun pohon jeruk tidak bisa tumbuh barangkali bibitnya bisa tumbuh" barangkali pikir para petani begitu. Hasilnya benar-benar fantastis. Dalam selang beberapa tahun petani desa Pekutan berhasil menjadi sumber utama bibit pohon jeruk di wilayah Purworejo dan sekitarnya, bahkan sampai di kirim ke kota-kota besar seperti Medan, Lampung, Jambi, Jember, Banyuwangi dan Bali. Hasil buah jeruk yang dikirim ke kota-kota tersebut banyak yang di jual kembali ke Kabupaten Purworejo saat ini- cerita menyusul Insya Allah.
Ternyata roda kehidupan memang slalu berubah. Tidak lama setelah masa sukses itu, harga bibit jeruk anjlok, mungkin karena hampir semua warga desa menanam bibit jeruk sehingga pasokan berlebih dari pada permintaan. tamatlah riwayat bibit jeruk desa Pekutan.
Kesuksesan panen buah jeruk ternyata bisa berulang di tahun 2000-an, diawali dari coba2 menanam jeruk diladangnya sendiri- walaupun dihantui rasa takut gagal- bebrapa warga menamam kembali bibit jeruk di lahan terbatas. Mungkin jamur teras yang dulu sudah tidak ada lagi. Ternyata betul. Dalam 2 tahun seorang warga berhasil memanen jeruk dengan melimpah,
dengan serta merta semua ladang ditanami jeruk, sampai-sampai sawah-sawah juga dikeringkan untuk menanam jeruk. Perekonamian pun mulai membaik karena hasil jeruk tersebut, para broker/penebas berdatangan untuk mencari buah jeruk yang siap panen. Hasil yang menggembirakan ini berlangsung hingga lima tahunan, dan sesuatu yang dikawatirkan warga - hantu jamur teras- benar-benar muncul lagi, pohon jeruk mulai menguning, bercak-bercak putih pada batang, buah yang masih kecil rontok dan mati. Beberapa warga mencoba mengatasi dengan jalan menebang dan membakar semua pohon jeruk dan mengganti dengan pohon yang baru namun sia-sia. Dulu pernah didatangkan ahli pertanian dari ITB dan UGM tapi juga hasilnya nihil.
Saat ini para petani kembali menanam palawija seperti dulu. Mungkin itu memang jatahnya orang-orang Pekutan. Begitulah kira-kira masalah pertanian di desa Pekutan.
Kehidupan rohani warga desa ini cukup lumayan baik. Ada beberapa tempat-tempat pengajian yang mengajari anak-anak dan remaja belajar baca al-Qur'an, ilmu-ilmu fikih dan ilmu agama lainya. Di samping itu ada juga kelompok pengajian ibu-ibu baik siang maupun malan hari. Pengajian para bapak biasanya malam hari pada malam jumat dengan baca al-Qur'an surat yasin dan berjanji. Ada pula kelompok sholawatan dengan diiringi rebana dan bedug istilahnya terbangan.
Di desa ini sekarang berdiri sebuah pabrik rokok Sampoerna dimana beberapa tenaga kerja terutama yang perempuan bekerja. adanya pabrik tersebut sedikit meningkatkan perekonomian dengan datangnya banyak orang otomatis pendapatan warga sekitar juga bertambah, ada yang buka warung makan, penjual buah-buahan, es, kost-kostan, penjual pulsa dan tempat promosi dealer-dealer sepeda motor. tidak kalah pentingya adalahsebagai tempat nongkrong para pemuda, maklum 99% pekerja di Sampoerna perempuan usia 18-28 tahun.
Cuma sisi buruknya, katanya keamanan jalan mulai rawan, mulai dari kecelakaan lalu lintas pada saat jam-jam masuk dan bubar kerja, juga kasus pejambretan di jalan.
Ujung barat laut terdapat sebuah pondok pesantren Asshidiqiyah Poncol dengan sebuah SMK. Tiap sore anak-anak menimba ilmu agama di tempat ini dan selain dari warga sekitar, siswa-siswa SMK juga berasal dari daerah luar desa dan kecamatan.