Senin, 12 Oktober 2009

IV. FILSAFAT ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN(2)

Ketika Bismarck negarawan tersohor itu, berusia 68 tahun, Schweninger dipanggil untuk konsultasi dalam pengobatan negarawan itu. Segera menjadi nyata bahwa keadaan sakitnya telah parah dan mungkin usianya tak lama lagi. Tapi pada pertemuan pertama dengan dokter ini, Birmarck dengan kasar berkata, "Saya tidak senang di tanya-tanyai macam-macam" Schweninger menjawab, ''Kalau begitu panggil saja dokter hewan, dia tidak menanyai pasiennya." Dalam satu ronde pertandingan itu dimenangkan si dokter. Bismarck yang keras kepala itu pun menuruti nasihat-nasihatnya. Mengurangi makannya. menjalani diet untuk menguruskan badan dsb. Dan berhasil. Dia tidur nyenyak, matanya mulai bercahaya, kulitnya tampak lebih segar dan lebih muda.
Kisah di atas menggambarkan hubungan antara dokter dan pasien. Sering dikatakan bahwa hubungan dokter-pasien yang baik perlu untuk berhasilnya suatu pengobatan. Namun terkadang menjadi pertanyaan, bagaimana sebenarnya hakekat hubungan dokter—pasien itu ? Kita ketahui bahwa dokter punya kekuasaan atas pasiennya, tapi bagaimana bentuk kekuasaan itu ? Dan bagaimana dokter memperoleh kekuasaan tsb ? Dengan sangat menarik Humphry Osmond membahasnya dalam tulisannya God and the Doctor (N Engl J Med 1980; 302 : 555-8).
Sejak jaman dulu pasien memang sering menggerutu pada dokter. Plato, misalnya, melontarkan dua kritik mengenai kedokteran. Pertama, mengapa dokter mengobati budak-budak belian secermat dia mengobati orang yang bebas atau ahli-ahli filsafat ? Kedua, mengapa dokter memperlakukan pasienpasiennya, termasuk ahli-ahli filsafat, seperti budak belian saja ? Banyak sindiran dilontarkan kepada dokter. Kedokteran pernah digambarkan sebagai bentuk parasitisme, penipuan, atau bahkan pembunuhan yang di-legal-kan. Namun demikian, dalam setiap jaman dalam setiap kebudayaan, dokter tetap memperoleh status yang tinggi. Dan selama ini dokter selalu menghadapi perubahan-perubahan sikap masyarakat itu dengan tabah. Karena dari pengalamannya dia tahu bahwa orang yang paling sinis dan suka mengritik pun akan mengubah sikapnya bila dia sakit. Sampai kini belum ada persesuaian pendapat mengenai bagaimana hubungan dokter—pasien itu, atau bagaimana seharusnya hubungan itu. Beberapa pasien, dan sejumlah dokter, percaya bahwa seharusnya hubungan itu hubungan batin yang erat sekali, mendekati mistik. Sementara itu orang lain menganggap bahwa pelayanan teknis saja mencukupi. Cukup datang ke dokter, dokter memilihkan obat, pasien meminum obat, dan sembuh.

Tidak ada komentar: