Selasa, 21 Juli 2009

II. FILSAFAT DAN KESEHATAN

Adalah Plato, yang menghimpun dan menulis kembali semua gagasan Sokrates mengenai peran seorang filsuf dilihat sebagai analog dengan peran seorang dokter. Dokter menangani kesehatan tubuh, filsuf menangani kesehatan mental-jiwa. Di sana ia juga berbicara banyak tentang suatu model quasi-medis yang menangani kesehatan dan suatu model estetis tentang seni dan keindahan
Filsafat membahas pelbagai macam permasalahan manusia sehari-hari. Pada beberapa dasawarsa terakhir, para filsuf di dunia barat lebih memperhatikan sejarah filsafat dengan pelbagai peristilahan (seperti logika, semantika, analisis bahasa, dll). Filsafat eksistensialisme justru mulai membahas dan melihat masalah-masalah manusiawi yang dihadapi setiap makhluk rasional seperti perasaan cemas dan takut, ideal atau harapan, keterbatasan manusia, pilihan dan kebebasan, penderitaan dan kematian, dan lain sebagainya. Tak lepas dari pembahasan filsafat adalah hal-hal yang menyangkut kesehatan manusia diantaranya sehat, sakit, penyakit, penyembuhan, obat dan juga dokter. Pada dekade akhir ini yang menjadi pusat perhatian adalah tentang hukum-hukum dan etika dalam bidang kesehatan. Pemikiran para filsuf tentang masalah-masalah kesehatan ternyata sudah dimulai sejak jaman dulu dalam sejarah kepercayaan Yunani.
Orang Yunani percaya bahwa penyakit dapat dianggap sebagai campur tangan ilahi. Sebaliknya, para dewa dapat membuat orang kembali sehat jika mereka memberikan persembahan yang layak. Bahkan kini, ada banyak orang yang percaya bahwa beberapa penyakit merupakan hukuman Tuhan. Banyak pula orang yang percaya bahwa orang sakit dapat disembuhkan dengan bantuan dari kekuatan supranatural. Hippocrates (460-370 sebelum Masehi) menyatakan bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-ifat yang didukungnya yaitu kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh manusia. Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dengan proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut dalam proporsi yang selaras (normal) orangnya sehat, apabila proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal (sakit). Hippocrates dianggap sebagai peletak dasar pertama dalam pengembangan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kesehatan. Berdasarkan dari pandangannya maka berkembanglah ilmu kedokteran. Aguste Comte (1798-1857) pernah berkata sebagai berikut: “You can know little of any idea until you know the history of that idea”

Senin, 20 Juli 2009

filsafat kedokteran


FILSAFAT DALAM ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN
Salah satu sifat dasar manusia adalah selalu ingin mencari tahu tentang hal-hal baru yang belum diketahuinya. Setiap ada sesuatu yang menarik dan yang aneh atau masalah yang baru dalam fenomena kehidupan maka manusia selalu mencari jawaban atau penyelesaian. Selain itu manusia juga selalu berusaha untuk mencari hal-hal lain yang belum diketahui. Sebagai contoh adalah ketika orang merasa badanya panas maka yang akan dilakukan manusia adalah berusaha agar terhindar dari panas tersebut dengan cara berselimut atau minum yang hangat. Tetapi tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dalam perkembangan selanjutnya berusaha untuk mencari tahu kenapa bisa terjadi badanya panas. Sampai akhirnya tahu bahwa ada sesuatu yang menyebabkan panas dan akhirnya bisa mencegah atau mengobati panas tersebut.
Perjalanan hidup manusia yang demikian itu dapat terjadi karena manusia mampu untuk berfikir dan memecahkan masalah dalam hidupnya. Melalui fenoma-fenomena yang terjadi manusia terus menerus berusaha dengan berfikir, menelaah, berimajinasi, berkreasi, inovvasi dan mengimplementasikan hasilnya kedalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara yang ditempuh tersebut bisa dikatakan sebagai berfilsafat. Berfilsafat berarti manusia selalu harus berpikir, berdaya kreasi dan berusaha untuk selalu menemukan sesuatu yang baru.
Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan kebijaksanaan, dan karena itu filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai pandangan hidup: bagaimana seorang manusia memandang dunianya, berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menata hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya.
Filsafat adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Kita tidak perlu mencari jauh-jauh apa kiranya yang menjadi inti filsafat. Ternyata tanpa kita sadari, kita telah berfilsafat. Setiap orang mampu melontarkan pertanyaan tentang hidup dan pengalamannya, dan senantiasa berusaha untuk menemukan jawaban atas pelbagai pertanyaan dan persoalan hidupnya. Dan karena setiap orang dapat bertanya dan memberikan jawaban, maka juga setiap orang dapat berfilsafat.
Filsafat tentu juga tidak bisa memberikan suatu jawaban absolut yang berlaku untuk semua orang dalam setiap lingkungan dan fase sejarah. Namun kenyataan bahwa filsafat masih sangat berguna dalam membantu memecahkan banyak masalah dalam kehidupan manusia. Ia tampil sebagai seorang dokter yang dapat mendiagnosis penyakit dan menunjukkan permasalahan serta memberikan terapi yang tepat untuk penyakit itu. Ada banyak pemikir berfilsafat dengan mendasarkan diri pada konteks sosial ekonomis (seperti Karl Marx dan Adam Smith), ada yang berfilsafat dalam konteks politis (Habermas, Chomsky), konteks pengetahuan dan ilmu pengetahuan (Bachelaard, Foucault, Kuhn, Feyerabend), konteks psikologis (Nietzsche, Buber, Freud), konteks seni, moral dan etika, dan lain sebagainya.