Selasa, 22 September 2009

(3.4)

Adalah Paterson yang pertama-tama mendefinisikan kekuasaan kedokteran pada tahun 1957. la membagi kekuasaan kedokteran atas tiga unsur : sapiensial, moral, dan karismatik, yang secara khas tergabung menjadi satu. Yang dimaksud dengan sapiensial ialah hak untuk didengar yang berasal dari pengetahuan atau keahlian dokter dimana boleh memberi nasihat, memberi informasi, memberi petunjuk, tapi tidak memerintah karena pengetahuannya di bidang kedokteran. Maka dia harus lebih tahu, atau tampak lebih tahu, daripada pasiennya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran. Suatu perintah dokter itu tak lain daripada nasihat. Karena dokter tak punya kekuasaan struktural atas pasiennya dan tak berhak memerintahkan pasien melakukan sesuatu.
Unsur kedua moral, hak untuk mengendalikan dan memberi petunjuk berdasarkan etika profesi tersebut. Moral seorang dokter, yang dinyatakan dalam sumpah Hippocrates, muncul dari perhatiannya terhadap kepentingan pasien dan tindakannya yang sesuai dengan yang diharapkan darinya sebagai dokter. Menurut Paterson, apa yang dilakukan dokter itu secara sosial benar, dan secara individual baik. Ini sungguh kombinasi yang hebat, tak ada profesi lain yang menandinginya.
Unsur ketiga ialah karismatik, hak untuk mengendalikan dan memberi petunjuk yang berasal dari rahmat Tuhan. Unsur kekuasaan ini merefleksikan kesatuan semula antara agama dan kedokteran yang masih ada di banyak bagian dunia. Unsur karismatik ini penting karena profesi ini berkaitan dengan kemungkinan kematian, dan karena tidaklah mungkin menilai sepenuhnya pengetahuan seorang dokter. Terlalu banyak faktor yang tidak diketahui dan tak mungkin diketahui dalam penyakit sehingga tak mungkin kedokteran hanya bersandar pada kekuasaan sapiensial. Karena itu pula dokter sebenarnya masih memiliki sebagian dari perannya sebagai imam. Juga unsur karismatik inilah yang menyebabkan dokter tak perlu harus selalu rasional. Sesungguhnya, sampai batas tertentu dokter dibenarkan untuk bersikap.
Hidup dan mati itu tidak pasti, maka dokter sesuai untuk memiliki sifat ini juga. Rasionalitas dan konsistensi yang ekstrim hanya akan menimbulkan keraguan dalam benak pasien, karena ia tahu bahwa kedokteran berhadapan dengan suatu kekuatan yang misterius dan perkasa yang tidak selalu dapat diikuti akal manusia. Tapi tak seorang pun mengharapkan dokter berbuat kesalahan. Mereka berharapdokter telah sangat bijaksana dan orang sakit sangat menghormatinya. Tapi setelah sembuh mereka cepat melupakannya. Maka John Owen (1620) menulis : “God and the doctor, we alike adore, But only when in danger, not before, The danger o'er, both are alike requited, God is forgotten and the Doctor slighted”. (dr. E. Nugroho)

Tidak ada komentar: